ZCgRxn24sMSt1P8PT34NVVluf7C7ODQ8eSh7SrtI
Bookmark

Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah.Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelahmelahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.


Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita
Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:

  1. Dinding perut dan peritoneum.
  2. Kulit abdomen.
  3. Striae.
  4. Perubahan ligamen.
  5. Simpisis pubis.



Dinding perut dan peritoneum.

Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.

Kulit abdomen.

Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.

Striae.

Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.

Perubahan ligamen.

Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktukehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarangligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.

Simpisis pubis.

Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditasmaternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisisdapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.

Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:

  1. Nyeri punggung bawah.
  2. Sakit kepala dan nyeri leher.
  3. Nyeri pelvis posterior.
  4. Disfungsi simpisis pubis.
  5. Diastasis rekti.
  6. Osteoporosis akibat kehamilan.
  7. Disfungsi rongga panggul.


Nyeri punggung bawah.

Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saatpersalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk padafisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.

Sakit kepala dan nyeri leher.

Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi.Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakitkepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.

Nyeri pelvis posterior.

Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikantubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.

Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.


Disfungsi simfisis pubis.

Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulangpelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.

Diastasis rekti.

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggiumbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkangangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.

Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawahpanggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulangkegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.

Osteoporosis akibat kehamilan.

Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, posturtubuh yang buruk. .

Disfungsi dasar panggul.

Disfungsi dasar panggul, meliputi :

  1. Inkontinensia urin.
  2. Inkontinensia alvi.
  3. Prolaps.


Inkontinensia urin.

Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .

Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.

Inkontinensia alvi.

Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.

Prolaps.

Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalamvagina (Thakar & Stanton, 2002).

Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.

PRP. Solusi Masalah pada Sistem Muskuloskeletal

Cukup banyak pasien yang datang dengan keluhan nyeri pada sistem muskuloskeletal (tulang, otot, sendi, ligamen, dll) dan sudah menjalani terapi di berbagai tempat untuk jangka waktu yang cukup lama, namun hanya sedikit memberikan perbaikan kondisi, bahkan ada yang merasa tidak nampak hasilnya sama sekali dan terkesan bertambah parah dan akhirnya harus menjalani operasi. Mengapa demikian? Dan benarkah kelainan di sistem muskuloskeletal tidak dapat disembuhkan? Tidak adakah solusi yang lebih baik bagi seseorang yang memiliki masalah tsb?

Apa itu Keluhan Sistem Muskuloskeletal?
Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan yang terjadi di bagian-bagian otot rangka seseorang mulai dari keluhan ringan hingga berat. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam kurun waktu yang lama, berpotensi menyebabkan kerusakan pada otot, sendi, tulang rawan sendi, ligamen atau tendon.

Apa Penyebab Terjadinya Keluhan Sistem Muskuloskeletal?
Kelainan sistem muskuloskeletal dapat disebabkan karena faktor aktivitas berlebihan, cedera olah raga, trauma, postur yang kurang baik, pekerjaan berulang-ulang dengan posisi tubuh yang tidak tepat, stress, pemakaian sendi berlebihan, faktor genetik, penyakit rematik dan masih banyak sebab lainnya.

Apa Gejala yang Timbul Bila Ada Masalah pada Sistem Muskuloskeletal?
Seseorang yang mengalami gangguan atau penyakit pada sistem muskuloskeletal akan mengalami keluhan nyeri, bengkak, kekakuan, kelemahan dan kelumpuhan otot, dan segala sesuatu yang menghambat kegiatan. Pada ujungnya, keluhan ini akan menggangu aktivitas dan produktivitas kerja penderitanya.

Adakah Dampak Kelainan pada Sistem Muskuloskeletal?
Berbeda dengan kelainan sistem metabolik tubuh, kelainan muskuloskeletal tidak akan memberikan dampak kematian. Namun mobilitas dan produktivitas para penderitanya akan sangat dipengaruhi bahkan seringnya menjadi sangat terbatas dan tidak jarang harus membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.

Sebagai contoh, seseorang yang mengalami masalah pada bahunya (frozen shoulder, rotator cuff tear atau shoulder impingement, dll) akan menemui kesulitan saat harus menggunakan baju dan memasang kancing karena rasa nyeri yang hebat ketika mereka harus mengangkat lengan dan bahu. Contoh lain, seseorang dengan Carpal Tunnel Syndrome maupun De Quervain tendinosis/tenosynovitis pada tangan kanan, akan menemui kesulitan saat harus menulis atau sekedar mengangkat sendok. Pada penderita Osteoarthritis lutut, nyeri akan dirasakan dan sangat mengganggu apabila penderita harus berjalan sehingga sering kali mereka membatasi pergerakannya atau memanfaatkan alat bantu berjalan seperti tongkat penyangga, kursi roda dll.

Benarkah Kelainan Muskuloskeletal Membutuhkan Terapi Jangka Panjang dan Seumur Hidup?
Umumnya memang demikian. Kelainan pada sistem muskuloskeletal membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat berkurang gejalanya. Dan umumnya sulit untuk disembuhkan secara total, karena sistem otot rangka yang terdiri dari berbagai macam jaringan penyokong, adalah sistem yang selalu aktif digunakan untuk beraktivitas, hingga rasanya tak mungkin untuk mengistirahatkan bagian yang sakit untuk jangka waktu yang lama, karena keseharian kita selalu beraktivitas dan bergerak secara aktif.

Penggunaan yang terus menerus dan berulang, akan semakin memperburuk kondisi dan memperlama proses penyembuhan. Di sisi lain, penderita sering merasa bosan dengan model terapi yang dianggap itu-itu saja terlebih bila hasilnya dirasa tidak terlalu nampak, dan kesalahan penanganan menjadi faktor lain yang membuat penderita menjadi semakin putus asa dengan penyakit dan keluhannya.

Dunia kedokteran selalu berkembang. Berbagai macam penelitian dengan berbagai tujuan dilakukan, salah satunya yang saat ini mulai dikenal adalah PRP (Platelet Rich Plasma) dan sel punca (stem cell).

Prinsip dari kedua metode tersebut adalah memicu proses regenerasi (pertumbuhan kembali) sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak oleh berbagai sebab berikut mengoptimalkan kembali fungsi sel-sel yang rusak tersebut.

Dalam dunia kecantikan, orang berlomba-lomba untuk mencegah proses penuaan dengan terapi anti-aging dan juga menjalani proses rejuvanation (peremajaan kulit) yang secara prinsip, sebenarnya memicu pertumbuhan sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak, sehingga nampak baru (muda) kembali. Proses ini seolah mencegah atau menunda proses penuaan dan meremajakan kembali sel-sel kulit wajah yang ada. Untuk alasan inilah, metode PRP lebih dulu dikenal di dunia kecantikan, sementara dalam dunia kesehatan yang berkaitan dengan pengobatan penyakit, ke 2 metode ini baru mulai dikenal luas akhir-akhir ini.

Nyeri dan gangguan muskuloskeletal (tendo, ligamen, meniskus, tulang rawan, kapsul sendi) umumnya disebabkan oleh kerusakan jaringan, bukan hanya radang atau penyebab-penyebab lain. Pengobatan yang paling tepat untuk bagian tubuh yang rusak adalah memperbaiki bagian yang rusak tersebut dengan merangsang pertumbuhan kembali jaringan itu dan mengoptimalkan kembali fungsi sel-sel yang rusak. Ke 2 metode ini (PRP dan stem cell) mampu untuk melakukan ini sehingga PRP dan stem cell dikenal sebagai metode terapi dalam regenerative medicine.

Apakah PRP itu?
PRP (Platelets Rich Plasma) adalah salah satu metoda pengobatan regenerative medicine. Platelet adalah bagian (komponen) dari darah yang memiliki keunggulan karena mengandung zat-zat yang berfungsi merangsang pertumbuhan bagian tubuh yang rusak (growth factor).

Growrth factor pada PRP
Pada pelaksanaan proses PRP, darah yang digunakan adalah darah penderita sendiri, diambil dalam jumlah tertentu tergantung kebutuhan, dan kemudian diolah dengan alat khusus sehingga darah tersebut menjadi terpisah komponen-komponen pembentuknya. Dalam proses ini platelet dipadatkan, kemudian dimasukkan kembali dengan jalan disuntikkan ke bagian tubuh yang rusak si penderita.

Agar PRP dapat merangsang pertumbuhan jaringan dengan baik, kadar platelet darah yang dihasilkan setelah proses pemisahan harus minimal 4-5x lipat sebelum diproses. Dibutuhkan alat tertentu dan khusus agar mampu menghasilkan platelet dengan kadar maksimal sehingga efektifitasnya untuk merangsang regenerasi sel yang rusak menjadi optimal.

Kelainan Muskuloskeletal Apa Saja yang Dapat Diobati dengan Metode PRP?

Beberapa kelainan muskuloskeletal seperti pada gambar di bawah ini sering dan sudah memberikan hasil yang cukup signifikan pada beberapa kasus yang kami tangani.

Apakah PRP Saja Cukup Untuk Memperbaiki Kerusakan Otot-Sendi?

Tidak cukup. Kelainan biomekanik, seperti sendi atau tulang yang bengkok, sendi yang terlalu kaku, serta kekuatan otot yang tidak seimbang akibat sakit lama yang dideritanya harus diperbaiki dengan latihan, terapi fisik atau pemakaian ortosis. Tanpa perbaikan kelainan biomekanik, injeksi PRP yang diberikan tidak akan efektif.

Selain itu, keberhasilan tindakan yang tepat ditentukan oleh diagnosa yang tepat. Sebelum melakukan tindakan, kami lebih dahulu melakukan diagnosa kerusakan jaringan menggunakan USG. Pemeriksaan USG untuk otot-sendi jauh lebih murah daripada pemeriksaan MRI, tidak menimbulkan bahaya radiasi, dan dapat memeriksa otot, tendo dan ligament sambil menggerakkan bagian tubuh yang sakit, yang hal ini tidak mungkin dilakukan dengan pemeriksaan X-ray, MRI dan CT-Scan.

Pencarian yang terpopuler

  • makalah sistem muskuloskeletal
  • anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal
  • sistem muskuloskeletal pdf
  • sistem muskuloskeletal ppt
  • gambar sistem muskuloskeletal
  • sistem muskuloskeletal manusia
  • pengertian sistem muskuloskeletal manusia
  • fungsi sistem muskuloskeletal
0

Post a Comment