ZCgRxn24sMSt1P8PT34NVVluf7C7ODQ8eSh7SrtI
Bookmark

Materi Mengontruksi Nilai-Nilai Cerita Sejarah Dalam Bentuk Teks Esplanasi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA

Materi Mengontruksi Nilai-Nilai Cerita Sejarah Dalam Bentuk Teks Esplanasi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA - Hai adik adik yang baik apa kabar? semoga dalam keadaan baik baik saja, nah pada kesempatan kali ini kakak ingin membagikan kepada adik adik mengenai materi yang telah kakak susun, materi ini kakak ambil dari mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA/MA, Kami juga melengkapi materi ini dengan latihan soal yang bisa dikerjakan adik adik. Selamat belajar!!

Materi Mengontruksi Nilai-Nilai Cerita Sejarah Dalam Bentuk Teks Esplanasi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA
Materi Mengontruksi Nilai-Nilai Cerita Sejarah Dalam Bentuk Teks Esplanasi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA

A. Tujuan Pembelajaran 

Setelah mempelajari modul pada kegiatan pembelajaran 2, diharapkan kalian dapat menyusun teks eksplanasi dari nilai-nilai teks cerita sejarah dengan kritis, cermat, dan bertanggung jawab agar kalian memiliki pemahaman tentang mengontruksi teks cerita sejarah dengan benar. 

B. Uraian Materi  

Sebelum kalian menyusun, teks eksplanasi dari nilai-nilai yang diperoleh dari informasi teks cerita sejarah kalian perlu ketahui dulu bahwa teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan sebab akibat suatu fenomena, baik itu peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan lainnya.  
 
Sebuah paragraf yang baik dan benar, harus mempunyai kelengkapan sejumlah paragraf di dalamnya. Adapun unsur-unsur paragraf yang dimaksud antara lain: gagasan utama merupakan unsur paragraf yang berupa topik utama atau permasalahan yang hendak dibahas dalam suatu paragraf, kalimat utama kalimat yang berisi gagasan utama suatu paragraf dan kalimat penjelas yang merupakan kalimat yang menjelaskan gagasan utama yang terkandung di dalam suatu kalimat utama.  

Unsur-Unsur paragraf yang telah disebutkan sebelumnya (gagasan utama, kalimat utama, dan kalimat penjelas) mesti membentuk satu kesatuan yang padu, di mana kalimat penjelas mesti mampu menjelaskan gagasan utama yang terkandung dalam kalimat utama secara baik dan sesuai dengan gagasan utama yang dimaksud. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka sebuah paragraf belum dikatakan baik dan benar. 
1. Mengidentifikasi Nilai-nilai Teks Cerita Sejarah 
 
Karya sastra yang baik, selalu mengandung nilai (value). Nilai tersebut dikemas secara implisit dalam alur, latar, tokoh, dan tema. Nilai yang terkandung dalam cerita sejarah antara lain nilai-nilai budaya, nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan nilai estetis. 

a. Nilai budaya adalah nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan. 
Contoh: 
Dan bila orang mendarat dari pelayaran, entah dari jauh entahlah dekat, ia akan berhenti di satu tempat beberapa  puluh langkah  dari dermaga. Ia akan mengangkat sembah di hadapannya berdiri Sela Baginda, sebuah tugu batu berpahat dengan prasasti peninggalan Sri Airlangga. Bila ia meneruskan langkahnya, semua saja jalanan besar yang dilaluinya, jalanan ekonomi sekaligus militer. Ia akan selalu berpapasan dengan pribumi yang berjalan tenang tanpa gegas, sekalipun di bawah matari terik.  
Sumber: Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000 
 
Nilai budaya dalam kutipan di atas adalah nilai budaya Timur yang mengajarkan hidup tenang, tidak terburu-buru, segala sesuatunya harus dihubungkan dengan alam. 
b. Nilai moral/etik adalah nilai yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral. 
Contoh: 
"Juga Sang Adipati Tuban Arya Teja Tumenggung Wilwatikta tidak bebas dari ketentuan Maha Dewa. Sang Hyang Widhi merestui barang siapa punya kebenaran dalam hatinya. Jangan kuatir. Kepala desa! Kurang tepat jawabanku, kiranya? Ketakutan selalu  jadi bagian  mereka yang tak berani mendirikan keadilan. Kejahatan selalu jadi bagian mereka yang mengingkari kebenaran maka melanggar keadilan. Dua-duanya busuk, dua-duanya sumber keonaran di atas bumi ini...;' clan ia teruskan wejangannya tentang kebenaran dan keadilan dan kedudukannya di tengah-tengah kehidupan manusia dan para dewa. 
Sumber: Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000 
 
Nilai moral dalam kutipan di atas adalah ketakutan membelakebenaran sama buruknya dengan kejahatan karena sama-sama melanggar  keadilan. 
c. Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan atau bersumber pada nilai-nilai agama. 
Contoh: 
Kala itu tahun 1309. Segenap rakyat berkumpul di alun-alun. Semua berdoa, apa pun warna agamanya, apakah Siwa, Buddha, maupun Hindu. Semua arah perhatian ditujukan dalam satu pandang, ke Purawakarta yang tidak dijaga terlampau ketat. Segenap prajurit bersikap sangat ramah  kepada siapa pun karena memang demikian sikap  keseharian  mereka. Lebih dari itu, segenap prajurit merasakan gejolak yang sama, oleh duka mendalam atas gering yang diderita Kertarajasa 
Jayawardhana 
Sumber: Gajahmada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara, Langit Kresna Hariadi 
 
Nilai agama dalam kutipan tersebut tampak pada aktivitas rakyat dari berbagai agama mendoakan Kertarajasa Jayawardhana yang sedang sakit. 
d. Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat. 
Contoh: 
Sebagian terbesar pengantar sumbangan, pria, wanita, tua, dan muda, menolak disuruh pulang. Mereka bermaksud menyumbangkan tenaga juga. Maka jadilah dapur raksasa pada malam itu juga. Menyusul kemudian datang bondongan gerobak mengantarkan kayu bakar dan minyak-minyakan. Dan api pun menyala dalam berpuluh tungku.     
Sumber: Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000 
Dalam kutipan di atas, nilai sosial tampak pada tindakan menyumbang dan kesediaan untuk membantu pelaksanaan pesta perkawinan. 

e. Nilai  estetis, yakni nilai yang berkaitan dengan keindahan, baik keindahan struktur pembangun cerita, fakta cerita, maupun teknik penyajian cerita. 
Contoh: 
Betapa megah dan indah bangunan itu karena terbuat dari bahan-bahan pilihan. Pilar-pilar kayunya atau semua bagian dari tiang saka, belandar bahkan sampai pada usuk diraut dari kayu jati pilihan dengan perhitungan bangunan itu sanggup melewati waktu puluhan tahun, bahkan diharap bisa tembus lebih dari seratus tahun. Tiang saka diukir indah warna-warni, kakinya berasal dari bahan batu merah penuh pahatan ukir mengambil tokoh-tokoh pewayangan, atau tokoh yang pernah ada bahkan masih hidup. Bangunan itu berbeda-beda bentuk atapnya, pun demikian dengan bentuk wajahnya. Halaman tiga istana utama itu diatur rapi dengan sepanjangjalan ditanami pohon tanjung, kesara, dan cempaka. Melingkar-lingkar di halaman adalah tanaman bunga perdu. 
Sumber: Gajahmada: Bergelut dalam  Kemelut  Takhta  dan Angkara, Langit Kresna Hariadi. 
Nilai estetis dalam kutipan tersebut terkait dengan teknik penyajian cerita. Teknik yang digunakan pengarang adalah teknik showing (deskriptif). Teknik ini efektif untuk menggambarkan suasana, tempat, waktu sehingga pembaca dapat membayangkan seolah-olah menyaksikan dan merasakan sendiri. 

Baca juga - Soal Kebahasaan Artikel Opini

 
2. Teks Eksplanasi 
Teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan sebab akibat suatu fenomena, baik itu peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan lainnya. Teks eksplanasi berisi fakta yang dapat menjawab pertanyaan tentang “bagaimana” dan “mengapa” suatu fenomena terjadi. 

Oleh sebab itu, tujuan utama teks eksplanasi adalah untuk memaparkan proses dan sebab terjadinya suatu fenomena. Penjelasan yang dipaparkan dalam teks eksplanasi berdasarkan bidang keilmuan (bersifat ilmiah) yang mengacu pada fakta, realita, teori, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan. 

Teks eksplanasi tersusun atas suatu struktur yang memudahkan kita dalam memahami isi teks. Adapun struktur teks eksplanasi adalah sebagai berikut. 

a. Pernyataan umum 
Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang dan tinjauan umum topik yang dapat berupa definisi, klasifikasi, sejarah, dan asal usul. Bagian dalam teks ini berupa gambaran secara umum tentang apa, mengapa, dan bagaimana proses peristiwa alam terjadi. 
b. Deretan penjelas 
Pada bagian ini berisi perincian proses atau sebab terjadinya suatu fenomena yang juga mencakup akibat dan dampak yang ditimbulkan. 

c. Interpretasi 
Bagian ini berisi penafsiran penulis mengenai topik dengan perspektif tertentu yang lebih luas dan menyeluruh, serta menjelaskan korelasi peristiwa yang menyertainya. 

d. Simpulan 
Pada bagian akhir teks terdapat tanggapan penulis dalam menyikapi fenomena berupa pernyataan reflektif yang bersifat umum. 
 
3. Mengontruksi Nilai-nilai Teks Cerita Sejarah dalam Teks Ekspanasi 
Tinggal satu langkah lagi kalian dapat menyelesaikan modul ini, masih semangat, bukan? Perlu kalian ingat, menulis artikel hendaknya memerhatikan unsur kelengkapan paragraf dan kepaduannya.  
Selanjutnya, pada modul ini kalian akan diberikan langkah-langkah agar dapat mengontruksi dengan baik. 
a. Menentukan cerita sejarah. 
Pada tahap ini kalian menentukan cerita sejarah yang akan yang akan diidentifikasi nilai-nilainya. 

b. Mengidentifikasi nilai-nilai cerita sejarah.  
Kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam karya tersebut yang akan dijadikan bahan untuk dikontruksi dalam teks eksplanasi. 

c. Membuat kerangka tulisan. 
Tahap ini dimaksudkan untuk membuat acuan mengontruksi. 
d. Mengontruksi  
Kegiatan mengontruksi nilai-nilai dalam teks cerita sejarah menjadi teks eksplanasi. 

e. Menyunting/mengoreksi ulang  
Mengoreksi ulang merupakan kegiatan melihat kembali  kesalahan baik teknis, maupun nonteknis serta dapat melihat hal-hal yang perlu ditambah atau dikurangi dari tulisan tersebut.  

f. Menulis kembali. 
Pada kegiatan ini dilakukan revisi terhadap tulisan setelah dilakukan penyuntingan.  Dengan demikian hasil tulisan akan menjadi lebih bagus. g. Evaluasi  

Tahap ini merupakan pemeriksaan untuk memastikan bahwa penulis telah mengontruksi sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah direncanakan. 

Baca juga - Soal Isi dan Sistematika Surat Lamaran Pekerjaan

 

C. Rangkuman 

  1. Mengontruksi adalah kegiatan menata kembali nilai-nilai yang ada pada teks cerita sejarah menjadi teks eksplanasi. 
  2. Mengidentifikasi nilai-nilai yang ada dalam teks cerita sejarah adalah kegiatan mengenali nila-nilai yang ada dalam teks tersebut yang nantinya akan dikontruksi dalam teks eksplanasi. membuat kerangka tulisan, mengontruksi, 
  3. Teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan sebab akibat suatu fenomena, baik itu peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan lainnya, yang terdiri dari pernyataan umum, deretan penjelas, interpretasi dan simpulan. 
  4. Langkah-langkah mengontruksi adalah menentukan cerita sejarah,  mengidentifikasi nilai-nilai cerita sejarah, membuat kerangka, mengonruksi, menyunting, menulis kembali dan mengevaluasi.      

D. Penugasan Mandiri  

Kemelut di Majapahit (S.H. Mintarja) 

Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak dahulu itu membagi-bagikan pangkat kepada mereka. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban clan yang lain-lain pun diberi pangkat pula. Dan hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi raja, amatlah erat dan baik. 
Akan tetapi, guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah menikah dengan empat  putri  mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sebelum puteri dari tanah Malayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara. Hal ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak. 
Keempat orang puteri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, clan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti "terkasih" karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling dikasihinya. Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan, terkenal di seluruh negeri dan kecantikannya dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu. Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Malayu. Pasukan ini dinamakan pasukan Pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang atau juga Mahisa Anabrang, nama yang diberikan oleh Sang Prabu mengingat akan tugasnya menyeberang (anabrang) ke negeri Malayu. Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang pula dua orang putri bersaudara. Putri yang kedua, yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima. Segera ternyata bahwa Dara Petak menjadi saingan yang paling kuat dari Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik jelita clan pandai membawa diri. Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang setelah diperisteri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari. 

Terjadilah persaingan di antara para istri ini, yang tentu saja dilakukan secara diam-diam namun cukup seru, persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang tentu saja akan mengangkat derajat dan kekuasaan masing-masing. Kalau Sang Prabu sendiri kurang menyadari akan persaingan ini, pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati clan mulailah terjadi perpecahan diam-diam di antara mereka sebagai pihak yang bercondong kepada Dyah Gayatri keturunan mendiang Sang Prabu Kertanegara, clan kepada Dara Petak keturunan Malayu. 
Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, karena segan kepada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan clan kebencian yang dilakukan secara diam-diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka. Kiranya tidak ada terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Petak ke dalam kehidupan Sang Prabu, sekiranya tidak terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu pengangkatan patih hamangku bumi, yaitu Patih Kerajaan Mojapahit.  Yang diangkat oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi clan paling berkuasa sesudah raja yaitu Senopati Nambi. 
Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar akan pengangkatan patih ini, merahlah muka Adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita ini dia sedang makan, seperti biasa dilayani oleh kedua orang istrinya yang setia, yaitu Dewi Mertorogo clan Tirtowati. Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang makan, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sudah dikepalnya itu dibanting ke atas lantai clan karena dalam kemarahan tadi sang adipati menggunakan aji kedigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berkerotok clan ujung meja diremasnya menjadi hancur. 

Baca juga - Soal Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

 
"Kakangmas adipati ... harap Paduka tenang ...;' Dewi Mertorogo menghibur suaminya. "Ingatlah, Kakangmas Adipati ... sungguh merupakan hal yang kurang baik mengembalikan berkah ibu pertiwi secara itu..:' Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhadap Dewi Sri clan dapat menjadi kualat. Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua orang istrinya yang berusaha menghiburnya. ''Aku hams pergi sekarang juga!" katanya. "Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di depan! Aku akan berangkat ke Mojopahit sekarang juga!" Mego Lamat adalah satu di antara kuda-kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe, seekor kuda yang amat indah clan kuat, warna bulunya abu-abu muda. Semua cegahan kedua istrinya sama sekali tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu… 
 
Identifikasi nilai-nilai yang ada dalam kutipan cerita sejarah Kemelut di Majapahit. 



E. Latihan Soal  

Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi 

Berkisah pada jaman dahulu di daerah Jawa Barat, seorang wanita cantik bernama Dayang Sumbi hidup dengan putranya Sangkuriang dan anjing kesayangan mereka. 

Anjing tersebut selalu menemani kemana Sangkuriang pergi namun tidak pernah membantu Sangkuriang dalam berburu. Hal itu tentunya membuat Sangkuriang tidak menyukai anjingnya. 
Suatu hari kemarahan Sangkuriang tidak dapat terbendung dan membuatnya tega membunuh anjingnya. Lalu saat sesampai di rumah, Sangkuriang memberikan hati anjingnya untuk ibunya. 
Dayang Sumbi yang tidak mengetahuinya lalu memasaknya dan memakannya. Saat Dayang Sumbi bertanya di mana anjingnya, Sangkuriang berbicara bahwa anjingnya telah dibunuh dan hatinya diberikan kepada Dayang Sumbi. 

Mendengar hal tersebut Dayang Sumbi marah dan memukul kepala Sangkuriang hingga berdarah. Sangkuriang kemudian pergi meninggalkan rumah. Hal yang membuat Dayang Sumbi marah karena anjing tersebut merupakan jelmaan ayah Sangkuriang. 

Hati anjing yang dimakan Dayang Sumbi membuatnya awet muda dan semakin cantik saja. Sehingga saat beberapa tahun kemudian Sangkuriang pulang dan tidak mengenali ibunya tersebut. 

Sangkuriang jatuh cinta pada Dayang Sumbi dan berniat menikahinya. Awalnya Dayang Sumbi tidak menolak namun suatu hari saat sedang membenarkan ikat kepala Sangkuriang Dayang Sumbi melihat sebuah luka di kepala. 

Dimana mengingatkannya dengan kejadian saat dahulu Dayang Sumbi melukai anaknya dengan memukul di kepala. 
Hal itu membuat Dayang Sumbi sadar yang akan menikahinya adalah anaknya sendiri. Sehingga Dayang Sumbi menolak pernikahan tersebut namun Sangkuriang seperti tidak mau menerima kenyataan dan tetap ingin menikahi ibu kandungnya sendiri. 

Akhirnya Dayang Sumbi memberikan persyaratan yaitu Sangkuriang harus mampu membendung sungai Citarum dan membuatkan sampan besar. Semua itu harus selesai dalam satu malam. 
Ternyata Sangkuriang meminta bantuan jin untuk sehingga permintaan Dayang Sumbi dengan mudah diselesaikan. Akhirnya sebelum fajar pekerjaan sudah hampir selesai. 

Dengan bantuan warga Dayang Sumbi mampu menggagalkan Sangkuriang menyelesaikan syaratnya yaitu kain sutra dibentang ke arah timur kota sehingga seperti fajar. Merasa gagal akhirnya sangkuriang menghancurkan pekerjaannya tersebut. 

Sehingga bendungan yang rusak membuat seluruh kota terendam. Sampan yang telah dibuat pun ditendang Sangkuriang hingga jatuh terlungkup membentuk sebuah gunung. Dimana gunung inilah yang dikenal dengan nama Tangkuban Perahu. 

Soal: 
1. Identifikasilah nila-nilai dalam teks tersebut! 
2. Kontruksilah teks Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi dalam teks eksplanasi! 
 
Kunci Latihan Soal Pembelajaran 2 
1. Identifikasi nila-nilai dalam teks tersebut adalah  
  • Nilai moral terlihat pada sikap Dayang Sumbi yang teguh (konsisten) dalam menepati janji yang telah diucap kannya , yaitu bersedia menikah dengan siapa pun yang mengambil gulungan benangnya , yang ternyata adalah seekor anjing. dari sini dapat di petik sabuah pelajaran bahwa betapapaun pahit akibat yang akan ditanggungnya , seseorang harus teguh menepati janjinya. 
  • Nilai sosial, bahwa dikalangan masyarakat Sunda (Jawa Barat) , percintaan atau pernikahan antara ibu dengan anak (incest) merupakan perbuatan yang dilarang (haram), sebab  jika hal tersebut terjadi, maka nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat akan hancur. 
2. Konstruksi nilai-nilai dalam teks cerita rakyat menjadi teks esplanasi. 

Baca juga - Soal Nilai-nilai Dalam Buku Pengayaan

 
Rubrik Pedoman Penskoran 

F. Penilaian Diri 

Berilah tanda centang (√) pada format di bawah ini sesuai dengan jawaban kalian!   

Baca juga - Soal Pandangan Pengarang Terhadap Kehidupan Dalam Novel

Demikianlah informasi yang bisa kami sampaikan, mudah-mudahan dengan adanya Materi Mengontruksi Nilai-Nilai Cerita Sejarah Dalam Bentuk Teks Esplanasi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA ini para siswa akan lebih semangat lagi dalam belajar demi meraih prestasi yang lebih baik. Selamat belajar!! 


#
Mengontruksi Nilai-Nilai Cerita Sejarah File ini dalam Bentuk .pdf File Size 74Kb
Diupload oleh www.bospedia.com


      Pencarian yang paling banyak dicari
      • nilai-nilai teks cerita sejarah
      • nilai-nilai dalam teks cerita sejarah pangeran diponegoro
      • nilai kepahlawanan dalam teks cerita sejarah
      • jelaskan relevansi nilai-nilai dalam teks cerita sejarah
      • nilai moral dalam teks cerita sejarah
      • contoh teks cerita sejarah beserta nilai nilainya
      • jelaskan relevansi nilai-nilai dalam teks cerita sejarah dengan kehidupan masa kini
      • nilai moral teks cerita sejarah kecuali mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah
      • contoh teks cerita sejarah
      • contoh teks novel sejarah beserta strukturnya
      • sebutkan struktur teks cerita sejarah
      • contoh teks cerita sejarah kelas xii
      • fungsi teks cerita sejarah
      • struktur teks novel sejarah
      • nilai-nilai dalam teks cerita sejarah
      • pdf, 2018,2019,2020,2021,2022

      0

      Post a Comment